Pada Kamis, 5 Desember 2024 pukul 10:38 WIB, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menunjukkan komitmennya dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Hingga akhir September 2024, BRI telah berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp199,83 triliun kepada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Visi BRI sebagai Mitra Strategis Pemerintah
Langkah ini sejalan dengan visi BRI sebagai mitra strategis pemerintah dalam memperkuat sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Direktur Utama BRI, Sunarso, menjelaskan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Pendekatan BRI dalam Menyalurkan Kredit
Kredit yang disalurkan BRI mencakup berbagai subsektor pertanian, mulai dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hingga peternakan dan perikanan. Pendekatan yang diambil BRI tidak hanya fokus pada penyaluran dana, tetapi juga mencakup pemberdayaan petani melalui program pendampingan, pelatihan, dan digitalisasi sektor pertanian.
Komitmen BRI untuk Mendukung Ketahanan Pangan
Sunarso mengungkapkan bahwa BRI akan terus berkomitmen dalam mendukung ketahanan pangan, karena melalui ketahanan pangan Indonesia dapat keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap).
Untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah, menurut Sunarso, pendapatan per kapita Indonesia harus berada di atas US$ 4.465 (sumber: World Bank). Terkait hal tersebut, Sunarso mengungkapkan dalam kajian BRI bahwa faktor yang paling menentukan pertumbuhan ekonomi 6% adalah investasi pada human capital atau nilai ekonomi dari pengalaman dan keterampilan pekerja.
Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi
Pembentukan human capital juga perlu didorong oleh tiga faktor. Pertama, Indonesia harus fokus dalam memaksimalkan kebutuhan nutrisi dan pangan. Kedua, negara punya tugas untuk menyejahterakan rakyat dan ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Ketiga, adalah pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Pesan dari Sunarso
Sunarso memaparkan bahwa investasi yang penting adalah human capital, dan kalau mau memperbaiki human capital, perbaiki dulu nutrisi dan pangan. Dan kemudian kita tunggu, untuk pemerataan butuh inklusivitas pertumbuhan.